SELAMAT DATANG DI BLOG INI. SEMOGA ISINYA BERMANFAAT BAGI ANDA-ANDA SEKALIAN. AMIN. TERIMAKASIH . . . . MASIH PELAJAR

MERANGKUM

Jumat, 30 April 2010

CARA MERANGKUM BUKU (NON-FIKSI/FIKSI) :

A. METODE PENULISAN
” RANGKUMAN ”

JUDUL BUKU :
PENGARANG :
PENERBIT :
TAHUN TERBIT :
DAFTAR ISI :
BAB I :
BAB II :

( ISI RANGKUMAN ) …………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………..

B. CONTOH RANGKUMAN

” RANGKUMAN BUKU ”
JUDUL BUKU : BUDIDAYA IKAN DAN UDANG DALAM TAMBAK (148 hlmn)
PENGARANG : SLAMET SOESENO
PENERBIT : PT. GRAMEDIA
KOTA TERBIT : JAKARTA
TAHUN TERBIT : 1983
DAFTAR ISI :
BAB I : PENGERTIAN BUDIDAYA DAN TAMBAK.
BAB II : MASYARKAT DAERAH TAMBAK.
BAB III : FLORA DAN FAUNA DAERAH TAMBAK.
BAB IV : PENILAIAN LOKASI CALON TAMBAK.
BAB V : PEMBANGNAN DAN REHAILITASI
TAMBAK.
BAB VI : BUDIDAYA IKAN BANDENG.
BAB VII : BUIDAYA UDANG TAMBAK.
BAB VIII : PENANGANAN DAN PENGOLAHAN
HASIL TAMBAK.
Di kalangan pertanian, istilah jawa “budidaya” di gunakan bagi kegiatan usaha produksi suatu komoditi, sebagai contohnya budidaya ikan. sebagian besar budidaya itu dilakukan oleh para petani ikan di kolam air tawar (juga petakan sawah dan sawah tambak), dan oleh para petani tambak di empang air payau. Kegiatannya berupa membudidayakan ikan yang dulunya hidup liar, menjadi ikan kultur (piaraan).
Istilah tambak yang di pungut dari bahasa jawa nambak (membendung air), di gunakn untuk menyatakan sebuah empang dekat pantai laut. Tiap petakan dapat meliputi areal seluas 0,5-2 hektar. Dan bentuk tambak yang sampai Sekarang masih ada adalah persegi panjang. Selain itu, tambak di bagi menjadi 3 golongan yaitu : tambak lanyah (dekat sekali dengan laut), tambak biasa (terisi campuran air asin, air laut, dan air sungai), dan tambak darat (jauh dari pantai dan suplai air saat musim hujan). Tipe-tipe tambak : tambak tipe jawa barat, porong, taman, filipina, dan Taiwán. Tambak, pada umumnya sering di perjual-belikan dan bahkan di sewakan atau di kontrakan, selain itu juga di sewakan dengan sistem bagi-hasil.
Penilaian lokasi calon tambak adalah dengan cara evaluasi calon lokasi tambak dan mengobservasi keadaan tanah, mutu air, dan keadaan prasarana. Sedangkan pembangunan tambaknya melalui beberapa proses sebagai berikut : susunan tambak dan kedalaman saluran, pembangunan pematang, pemasangan pintu air, penggalian saluran dan perataan dasar tambak.
Hasil utama dari tambak adalah ikan Bandeng, chanos chanos (forskal), sejenis ikan laut dari familias chanidae, ordo malacopterygii. Hasil Bandeng yang paling terkenal adalah hasil tambak sidoharjo dan gersik. Sifat ikan Bandeng adalah euryhalien (tahan terhadap perubahan kadar garam dalam air), yang memungkinkan di pelihara di dalam air payau.
Pemupukan tambak, bertujuan untuk menyuburkan pertumbuhan klekap. Biasanya menggunakan pupuk kandang, kompos, atau buatan sendiri. Pemberantasan hama, dilakukan setelah selesai pemupukan. Pada saat air segar mencapai 15 cm petakan tambak di beri bungkil buah teh sebagai pemberantas hama seperti ikan buas dan lain-lain.
Penanganan hasil panen sama pentingnya dengan tindakan teknis berproduksi lainnya. Jika penanganan pada hal ini salah maka berakibat buruk pada hasilnya. Ikan hasil tambak di pasarkan dalam keadaan mati, tetapi sekalipun demikian, ikan harus masih segar. Ikan yang di pasarkan dalam keadaan masih segar selalu di bayar lebih tinggi, dari pada dengan yang mulai menjadi berek. Penyebab keberekan ikan adalah karena adanya berbagi jenis bakteri yang tumbuh pada lendir kulit dan insang. Untuk itu ikan harus cepat-cepat di cuci dengan air bersih. Kemudian ikan bersih di timbun dalam keranjang pengangkut yang sudah di lapisi daun pisang bagian dalamnya sampai dua lapis bersama hancuran es batu, dan di tutup rapat agar esnya tidak cepat mencair. Lalu, ikan Siap di pasarkan.

READ MORE

CONTOH KARYA TULIS

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Air adalah sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia tidak akan bertahan hidup tanpa air karena di dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Sayangnya, banyak sekali air yang tercemar, misalnya air sungai. Padahal banyak masyarakat yang menggunakan air sungai tersebut sebagai alat pelengkap kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, mandi, dan memasak. Air sungai yang langsung dimasak tanpa diketahui kandungannya tidak dapat dengan mudahnya untuk diminum, karena banyak bakteri yang tidak mati walau dididihkan hingga 100°C. Untuk itulah penyaringan air ini hadir supaya dapat membantu masyarakat dalam memanfaatkan air sungai.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang tertera di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berkut:
1. Apakah yang dimaksud dengan penyaringan air sederhana?
2. Bagaimana proses pembuatan penyaringan air sederhana sebagai media pemanfaatan air dengan menggunakan biji kelor?
3. Bagaimana teknik penggunaan penyaringan air sederhana?
4. Dapatkah air hasil penyaringan dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui proses pembuatan penyaringan air sederhana.
2. Untuk mengetahui proses penyaringan air.
3. Untuk mengetahui hasil dan manfaat penyaringan air terhadap air yang disaring.

D. Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan karya ilmiah ini digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
1. Metode Kepustakaan
Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membaca sumber-sumber tertulis yang berhubungan dengan kendala negara berkembang dalam globalisasi.
2. Metode Wawancara
Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan wawancara dengan narasumber yang menguasai pokok permasalahan.
3. Metode Studi lapangan
Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengambilan data dari lokasi langsung atau lapangan.

E. Manfaat Penulisan
Sesuai dengan latar belakang masalah dan tujuan penulisan, karya tulis ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca bahwa kita dapat memanfaatkan air sungai sebagai alat pemuas kebutuhan namun dengan memperhatikan kandungan yang terdapat di dalamnya dan menggunakannya dengan sehat dan higienis yang jauh dari bibit penyakit.

F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembaca dalam memahami karya ilmiah ini, penulis menyajikan sistematikanya sebagai berikut:
BAB I, Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode pengumpulan data, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II, Landasan Teori
Bab ini menguraikan teori air bersih dan syarat-syaratnya.
BAB III, Penyaring Air Sederhana sebagai Media Pemanfaatan Air Sungai dengan
Menggunakan Biji Kelor
Bab ini menguraikan tahapan-tahapan pembuatan alat penyaring sederhana yang memanfaatkan biji kelor dan teknik penggunaannya serta manfaat penyaring sederhana.
BAB IV, Penutup
Bab ini menguraikan simpulan dan saran yang telah dibahas di dalam karya ilmiah ini.


BAB II
LANDASAN TEORI

Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo dalam Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003., yang dimaksud air bersih adalah air yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti mandi, mencuci dan memasak. Air bersih berbeda dengan air jernih. Air jernih hanya tampak jernih namun dari segi kandungan air tersebut tidak dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari, sedangkan air bersih dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari. Penjernihan atau penyaringan air adalah suatu proses perlakukan terhadap air untuk diolah supaya kadar dan kandungan zat-zat berbahaya dapat diminimalisasi yang selanjutnya air tersebut layak untuk dijadikan air minum sesuai dengan standar.
Air yang sehat harus mempunyai persyaratan sebagai berikut :
1. Syarat Fisik
Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tak berwarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu udara diluarnya sehingga dalam kehidupan sehari-hari. Cara mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar.
2. Syarat Bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen. Cara untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri patogen adalah dengan memeriksa sampel (contoh) air tersebut. Dan bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E. coli maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.
3. Syarat Kimia
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu didalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia di dalam air akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia. Bahan-bahan atau zat kimia yang terdapat dalam air yang ideal antara lain sebagai berikut :
--------------------------------------------------------------------
Jenis Bahan Kadar yang Dibenarkan (mg/liter)
--------------------------------------------------------------------
Fluor (F) 1-1,5
Chlor (Cl) 250
Arsen (As) 0,05
Tembaga (Cu) 1,0
Besi (Fe) 0,3
Zat organik 10
Ph (keasaman) 6,5-9,0
CO2 0

BAB III
PENYARING AIR SEDERHANA SEBAGAI
MEDIA PEMANFAATAN AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN
BIJI KELOR

A. ALAT DAN BAHAN

1. Air sumur/sungai yang tidak tercemar bahan kimia 200 liter.
2. Biji kelor (Moringa stenopetala) 200 gram.
3. Tawas yang sudah dihaluskan 1 gram.
4. Larutan KClO (Kalium hipoklorit) atau kaporit.
5. Kapur yang sudah dihaluskan 1 gram.
6. Batu kerikil secukupnya.
7. Ijuk secukupnya.
8. Pecahan kaca secukupnya.
9. Arang yang sudah dihaluskan secukupnya.
10. Pasir secukupnya.
11. Galon bekas/plastik ukuran 200 liter 2 buah.
12. Pipa bambu/Paralon atau selang plastic 1 buah.
13. Kran air 2 buah.
14. Kasa nyamuk dari plastik.
15. Solasi paralon dan lem paralon.
16. Botol atau wadah penampung.

B. TAHAPAN PEMBUATAN
1. Mula-mula ujung kedua galon dihilangkan.

Gambar 1. Galon tanpa tutup.

2. Buatlah kran pada ketinggian 10 cm dari bagian dasar, untuk masing-masing galon. Kran disambung saluran paralon 30 cm yang diberi lubang. Saluran paralon tersebut terdapat pada bagian dalam galon.

Gambar 2. Galon dengan kran pada bagian bawah.

3. Galon 1 merupakan tempat penampungan air.
4. Untuk galon 2, susunlah bahan penyaring mulai dari bagian dasar keatas berturut-turut kerikil 15 cm, ijuk 3 cm, pasir 10 cm, arang aktif yang dibungkus kertas saring setebal 1 cm, ijuk 10 cm, dan pecahan kaca 3 cm.

Gambar 3. Susunan lapisan pada galon 2.

C. TEKNIK PENGGUNAAN

1. Susunlah galon seperti pada gambar.

2. Masukkan air yang akan dijernihkan dalam galon 1. Taburkanlah biji kelor yang sudah tua dan sudah ditumbuk sampai menjadi bubuk. Untuk 200 liter air diperlukan 200 gram biji kelor. Tambahkan pula tawas, kapur, dan kaporit. Aduk rata, tunggu hingga mengendap kira-kira 5 menit. Setelah mengendap baru air dialirkan menuju galon 2.

Gambar 2. Taburkan Biji Kelor, Tawas, kaporit dan Kapur ke galon 1.

3. Air hasil penyaringan galon 2, dialirkan ke suatu botol. Air tersebut sudah dapat untuk dikonsumsi.

D. MANFAAT PENYARING AIR SEDERHANA

1. Biji kelor atau Moringa stenopetala dan tawas berguna untuk mengendapkan lumpur dan partikel air.
2. Pecahan kaca berguna untuk megikat logam berat seperti Fe.
3. Kapur berguna untuk menetralkan pH air.
4. Kaporit berguna untuk membunuh kuman-kuman penyakit.
5. Ijuk berguna untuk menyaring partikel yang lolos dari lapisan sebelumnya dan meratakan air yang mengalir.
6. Arang yang sudah dihaluskan berguna untuk menyerap partikel yang halus, menyerap bau dan warna yang terdapat di air sungai.
7. Pasir berguna untuk menahan endapan lumpur.
8. Kerikil berguna sebagai bahan penyaring dan membantu aerasi oksigen.

Dari manfaat penyusun lapisan penyaring air sederhana sudah jelas bahwa air hasil saringan merupakan air yang sudah sehat. Ini sangat berbeda keadaanya dengan sebelum air sungai tersebut disaring. Selain itu dengan adanya pecahan kaca yang dapat mengikat Fe, dapat dipastikan bahwa air sungai hasil penyaringan dapat untuk dikonsumsi asalkan direbus dengan baik. Biji kelor yang digunakan sebagai pengganti tawas, dapat meminimalisasikan pengeluaran jika harus menggunakan tawas atau produk pabrik lainnya yang menelan biaya.
Selain itu, pembuatan alat ini menggunakan bahan-bahan bekas seperti galon yang sudah tidak terpakai. Sehingga alat ini sangat murah untuk digunakan dan dimanfaatkan.

E. HASIL UJI LABORATORIUM
Untuk membuktikan apakah air tersebut layak untuk dikonsumsi atau tidak, dapat digunakan uji laboratorium yaitu dengan bahan air teh.
Air yang telah disaring, dilarutkan dalam air teh. Apabila warna air teh tidak menunjukkan perubahan, maka air tersebut layak untuk dikonsumsi. Namun apabila air tersebut berubah warna menjadi ungu, ini membuktikan bahwa dalam air hasil saringan tersebut masih mengandung unsure logam seperti Fe.
Selain itu, juga dapat digunakan pH meter atau kertas lakmus. Air netral akan menunjukkan pH = 7. Jika pH < 7 maka air tersebut bersifat asam, dan apabila pH > 7, maka air tersebut bersifat basa.

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
1. Air sungai yang keruh ternyata dapat dikonsumsi dengan menggunakan penyaring air sederhana memanfaatkan biji kelor.
2. Jenis penyaring air sederhana ini merupakan alat yang sederhana dengan memanfaatkan biji kelor.
3. Karena alat ini menggunakan barang-barang yang ada di sekitar kita, alat ini sangat terjangkau dan dapat dibuat oleh siapa saja.

B. Saran
Bagi masyarakat yang hidup di sekitar sungai, ada baiknya untuk menggunakan penyaring sederhana dengan memanfaatkan biji kelor ini untuk menyaring air sungai supaya air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari merupakan air yang sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta.

www.google.com
www.mediaindo.co.id
www.wikipedia.org

LAMPIRAN


IDENTITAS NARASUMBER



Nama : ……………………………………………………..
Tempat, tanggal lahir : ……………………………………………………..
Pekerjaan : ……………………………………………………..
Alamat : ……………………………………………………..



Pemalang, April 2009
Narasumber,


………….………………………

READ MORE

METODE PENULISAN KARYA ILMIAH

BAB I : PENDAHULUAN, berisi tentang beberapa hal berikut :

A. Latar Belakang ( hal yang melatar belakangi penulisan )

B. Ruang Lingkup Masalah ( pertanyaan yang muncul berkaitan dengan masalah )

C. Tujuan Penulisan ( jawaban dari ruang lingkup masalah )

D. Manfaat Punilasan ( berisi tentang pengaruh yang mungkin akan terjadi setelah pembaca membacanya ).

E. Metode Penulisan

  1. kepustakaan ( studi pustaka )
  2. observasi/studi lapangan
  3. wawancara ( hasil wawancara biasanya masuk ke dalam isi pembahasan ).

F. Sistematika Penulisan ( menyebutkan isi dari setiap BAB yang ada dalam suatu karya ilmiah ).

BAB II : LANDASAN TEORI ( materi yang berkaitan dengan thesis yang ada dalam suatu karya ilmiah dan di ambil dari hasil studi pustaka).

BAB III : PEMBAHASAN ( isi dari suatu karya ilmiah ).

BAB IV : PENUTUP ( berisi tentang saran dan simpulan, atau di tambah dengan hal-hal yang sekiranya penulis ingin menambahkannya ).

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

READ MORE